Sunday, June 1, 2008

TRAGEDI AMNON DAN TAMAR



Kerap kita menjumpai berita, entah di koran maupun televisi, tentang seorang kakek yang tega mencabuli cucu atau keponakannya. Dalam benak, saya pun terusik dengan pertanyaan, “kok sampai tega ya berbuat demikian?”, masih memiliki kerabat dekat lagi. Kiranya hal itu pun tidak hanya terjadi pada masa sekarang. Sejak zaman Raja Daud pun ternyata hal demikian sudah ada. Nafsu mungkin tidak akan pernah mati.
Demikian pula yang terjadi antara Amnon danTamar. Amnon anak raja Daud jatuh cinta kepada Tamar adik Absalom anak raja Daud dari istri yang berbeda. Dibantu oleh Yonadab sepupunya, Amnon membuat persepakatan licik untuk menangkap Tamar dengan berpura-pura sakit. Pada waktu Daud membesuk Amnon yang sedang sakit, Amnon meminta pada ayahnya agar adiknya Tamar datang untuk memberinya makan, kalau bukan Tamar yang melayaninya, ia tidak mau makan.
Tanpa rasa curiga raja Daud memanggil Tamar, untuk menyuapi Amnon yang sakit. Begitu Tamar masuk ke biliknya, semua orang diusir keluar. Dan ketika Tamar mulai memberi makan, Amnon merenggut tangan Tamar dan diperkosanya (2 Samuel 13:14). Setelah selesai memperkosa, Amnon menjadi benci kepada Tamar dan diusirlah ia sambil diseret keluar oleh bujang Amnon. Merataplah Tamar dengan suara nyaring, dengan mempergunakan abu di atas kepalanya dan baju kurung puteri raja yang masih perawan dikoyakkannya. Absalom, kakaknya, menebak: "Apakah kakakmu Amnon bersetubuh dengan engkau?" …..
Mulai pertanyaan Absalom inilah titik awal mulainya kekacauan di tubuh keluarga Daud. Sebuah tragedi dari keluarga Nabi yang sekaligus Raja bangsa pilihan Allah sedang berlangsung.



SIAPA AMNON?
Amnon adalah anak pertama dari Raja Daud. Ibunya adalah Ahinoam, perempuan Yizrel (2 Sam 3:2; 2 Taw 3:1), dimana Daud menjadikannya istri bersamaan dengan Abigail (1 Sam 25:42–43). Amnon adalah salah satu dari enam anak yang lahir di Hebron dari enam istri yang berbeda.
Amnon ini terkenal hanya di dalam kisah 2 Samuel 13, dimana dia memperkosa saudara sepupunya Tamar. Kisah ini merupakan karya besar dari sebuah drama yangpenuh ketegangan dan ironi. Hal ini merupakan cerita pertama dari sekian cerita permasalahan Daud dengan anaknya yang merupakan kelanjutan dari dosa yang telah dilakukannya dalam perikop 2 Sam 11–12. Baik Daud maupun Amnon adalah contoh kisah yang dimulai dengan melihat kemudian jatuh cinta pada wanita yang cantik, dimana konspirasi-konspirasi banyak digunakan untuk mendapatkan wanita idamannya tersebut. Daud mencoba untuk menutupi dosanya dengan pembunuhan sedangan Amnon, secara ironi justru malah dibunuh.
Di dalam kisah Amnon ini puncak dramatisnya tercapai di dalam kisah pemerkosaan pada ayat 14. Perubahan tiba-tiba sikap amnon dari cinta (nafsu birahi) menjadi kebencian mendalam dan kemuakan setelah memperkosa Tamar merupakan kisah yang penuh kekuatan dan dramatis (ay. 15-17).
Dalam bahasa Ibrani, Amnon berasal dari kata 'Amnown [2 Samuel
3:2 Di Hebron lahirlah bagi Daud anak-anak lelaki. Anak sulungnya ialah Amnon, dari Ahinoam, perempuan Yizreel;
I Tawarikh 3
3:1 Inilah anak-anak Daud yang lahir bagi dia di Hebron; anak sulung ialah Amnon, dari Ahinoam, perempuan Yizreel; anak yang kedua ialah Daniel, dari Abigail, perempuan Karmel;

SIAPA TAMAR?
Tamar adalah anak perempuan Daud dari Maakah dan adik kandung Absalom. Tamar ini berbeda dengan Tamar menantu Yehuda yang ada di Kejadian 38:24. Nama Tamar juga dipakai oleh anak perempuan Absalom (II Sam. 14:27).
Dalam kisahnya, Tamar diperkosa oleh Amnon, saudara sepupu tuanya. Berikut gambar skema kronologis atas perkosaan Amnon terhadap Tamar ditinjau dari pohon keluarga Daud:







Nama Tamar berasal dari kata Ibrani taµmaµr (rm;T; rm;T) {taw-mawr'} yang berarti pohon palma, atau akar yang tidak berguna namun dipakai untuk memperkokoh sesuatu.
II Samuel 13
13:1 Sesudah itu terjadilah yang berikut. Absalom bin Daud mempunyai seorang adik perempuan yang cantik, namanya Tamar; dan Amnon bin Daud jatuh cinta kepadanya.
I Tawarikh 3
3:9 Semuanya itu anak-anak Daud, belum terhitung anak-anak dari gundik-gundik. Tamar ialah saudara perempuan mereka.


MENGAPA HARUS ADA PERIKOP INI?
Cerita Amnon dan Tamar merupakan salah satu dari cerita yang paling kotor di dalam Perjanjian Lama tetapi isinya tidak secara eksplisit menunjukkan ulasan yang bersifat editorial. Akan tetapi pembelaan dari Tamar (ay. 12-13, 16) dalam memberikan pertimbangan terhadap sikap Amnon lebih efektif daripada bila si pengarang menggunakan aneka keterangan-keterangan tentang moral. Faktanya, pencerita telah menahan diri untuk menghindari setiap keterangan moral pada karakater yang bersangkutan, mungkin merupakan bagian dari teknik pengarang.
Kesakit hatian Amnon lebih merupakan pemerkosaan terhadap Tamar yang masih perawan dan belum bertunangan daripada sekedar incest (persetubuhan dalam keluarga). Kekejaman telah dibuat lebih serius oleh penolakan Amnon untuk menikahi Tamar. Hal ini terlihat dimana pada akhirnya keseluruhan insiden itu merupakan pernyataan diri Amnon untuk melawan Absalom dan keluarganya. (Gen 34:25–31). Pada akhirnya Absalom memilih alternatif lain bahwa untuk mengeliminasi Amnon dengan alasan pembunuhan yang bertanggungjawab, tidak hanya sekedar membunuh.
Keberadaan perikop ini menjadi berperan sebagai pembuka untuk memunculkan tokoh Absalom. Absalom menjadi penting, karena pada kisah-kisah berikutnya, Absalom yang menjadi kunci cerita. Absalom dikisahkan sebagai anak Raja yang berambisi untuk berkuasa. Dengan kecerdikannya, Absalom menyatakan bahwa ia pasti akan membela perkara para penuntut di pintu gerbang Istana. Dengan menggunakan cara yang lain pula Absalom menjadi ancaman serius bagi pemerintahan Daud (15:1-6). Ancaman itu akhirnya berkembang menjadi pemberontakan terbuka ketika Absalom mengumumkan dirinya sebaga raja di Hebron. Namun pada akhirnya Absalom pun mati dibunuh oleh Yoab dan anak buahnya.
Selain itu, kisah dalam perikop ini juga dapat dilihat sebagai bentuk hubungan antara dosa dan hukuman yang nyata. Banyak kisah dalam kitab Perjanjian Lama dimana setiap dosa yang dilakukan manusia kemudian akan menuai hukuman dari Tuhan.
Menurut para ahli, kisah pemerkosaan Tamar ini terletak pada salah satu kisah yang istimewa karena kedramatisannya. Juga karena kisah ini mengandung unsur pengertian psikologis yang mendalam, yang mengungkap bagaiamana perasaan di dalam hati manusia yang kecil dapat menjadi sebuah peristiwa yang besar, bahkan melampaui luar dirinya. Selain itu kisah ini juga termasuk salah satu kisah yang memiliki pandangan teologis yang khas, dimana karya Allah jarang dikemukakan, tetapi kehadiran dan karyaNya terasa di belakang segala kejadian. Allah tidak disebutkan secara eksplisit di dalam teks, tetapi alur-alur kisah yang terjalin membuktikan bahwa Allah tetap berkarya, dimana keluarga Daud harus menerima semua ini sebagai akibat dari dosanya yang melawan kehendak Allah.

HUBUNGAN DENGAN PERZINAHAN DAUD DAN BATSYEBA
Telah disinggung di atas, bahwa tragedi yang menimpa keluarga Daud ini merupakan hukuman dari Allah akibat dosa Daud dengan Batsyeba. Nas ini tertuang pada bab 12:10-12
12:10 Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.
12:11 Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari.
12:12 Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.
Melalui Nabi Natan, Allah menulahi keluarga Daud. Bila dipandang dari segi manusia, perzinahan Daud dengan Batsyeba, serta pembunuhan Uria, benar-benar merupakan kejahatan. Karena tidak perlu memberikan tanggung jawab kepada seorang pun, Daud merahasiakan dosanya ini, dan sementara waktu ia tidak menyadari bahwa Allah mengetahui tiap pikiran dan perbuatannya. Di dalam Israel, jabatan raja adalah suatu kedudukan yang suci dipercayakan oleh Allah. Meskipun Daud bertobat dan mendapatkan pengampunan, namun akibat-akibatnya sungguh berat bagi rumah tangganya (12:11). Hal ini merupakan penggenapan apa yang telah dikatakan oleh nabi Natan.
Bila dicermati lebih dalam, pada perikop kisah Amnon dan Tamar terdapat kata “tidur” sebanyak lima kali, yaitu pada ayat 5,6,8,11,14. Dalam hal ini pengarang mengajak kita untuk mengingat kembali pada kisah Daud yang “tidur” dengan Batsyeba dan penolakan Uria untuk tidur di rumahnya sendiri (pasal 11). Kata tidur merupakan kata kias yang menjadi gaya bahasa pengarang dalam menuangkan cerita tertulis ini. Pada zaman itu, gaya bahasa memang dibuat secara menarik (tradisi Yahwista), cerita yang indah, penuh variasi, terutama dalam bagian dialog.
Pada ayat 15, Amnon mengusir Tamar dengan keras. Bila di dalam kisah ini Tamar diusir setelah tidur dengan Amnon, maka di dalam kisah Daud, setelah tidur dengan Batsyeba, justru ia dipanggil kembali untuk menghadap Daud. (2 Samuel 11:4).

PENDEKATAN TEKS
a. Kakak dan Adik
Kata ‘Kakak’ dan ‘adik muncul berulang kali dalam kisah ini. Kata ‘kakak’ muncul sebanyak enam kali, yaitu pada ayat 7,8,10,12,16,20, sedangkan kata ‘adik’ muncul sebanyak tujuh kali, yaitu pada ayat 1,4,5,6,11,20,22. Penggunaan kata Kakak dan Adik di dalam kisah ini menunjukkan hubungan kekerabatan yang jelas di dalam keluarga Daud. Amnon dipanggil kakak karena ia adalah anak sulung Raja Daud, sedangkan Tamar adalah adik Absalom yang lahir setelah Amnon, meskipun dari ibu yang berbeda. Banyaknya penggunaan kata kakak dan adik ini bermaksud untuk menunjukkan bahwa keluarga kerajaan Daud dalam masalah, seperti yang telah dinubuatkan oleh nabi Natan. Pembaca diharapkan langsung menangkap bahwa dengan disebutkan kaka dan adik ini berarti berkaitan langsung dengan keluarga Daud.


b. Orang tidak berlaku seperti itu di Israel
Pada ayat 12 terdapat kalimat ‘orang tidak berlaku seperti itu di Israel…’ hal ini mengatakan bahwa di dalam bangsa Israel, hukum dan tradisi dijunjung tinggi, bahkan anak raja sekalipun tidak ada alasan untuk melanggarnya. Dalam Kejadian 34:7 hal itu menjadi sangat jelas Sementara itu anak-anak Yakub pulang dari padang, dan sesudah mendengar peristiwa itu orang-orang ini sakit hati dan sangat marah karena Sikhem telah berbuat noda di antara orang Israel dengan memperkosa anak perempuan Yakub, sebab yang demikian itu tidak patut dilakukan. Allah pun tidak tinggal diam bila melihat bangsanya berbuat tidak benar. Kenajisan membawa petaka bagi dirinya sendiri maupun bangsanya. Dalam Imamat Imamat 20:17 pun disuratkan dengan jelas pula Bila seorang laki-laki mengambil saudaranya perempuan, anak ayahnya atau anak ibunya, dan mereka bersetubuh, maka itu suatu perbuatan sumbang, dan mereka harus dilenyapkan di depan orang-orang sebangsanya; orang itu telah menyingkapkan aurat saudaranya perempuan, maka ia harus menanggung kesalahannya sendiri.
c. Memberikan aku kepadamu…
Pada ayat 13 terdapat kalimat ‘Memebrikan aku kepadamu ….’. Menurut adat dahulu, Amnon dapat memperisteri Tamar yang hanya adik seayah, namun berbeda ibu. Lagipula ia benar-benar saudaraku, anak ayahku, hanya bukan anak ibuku, tetapi kemudian ia menjadi isteriku (Kej. 20:12). Namun kemudian perkawinan ini dilarang oleh hukum Taurat:
Im. 18:11 Mengenai aurat anak perempuan dari seorang isteri ayahmu, yang lahir pada ayahmu sendiri, janganlah kausingkapkan auratnya, karena ia saudaramu perempuan
Ul. 27:22 Terkutuklah orang yang tidur dengan saudaranya perempuan, anak ayah atau anak ibunya. Dan seluruh bangsa itu haruslah berkata: Amin!

Hal ini merupakan solusi yang ditawarakan Tamar untuk mencari jalan yang lebih baik daripada keduanya menanggung segala kesalahan. Tentu saja hal ini harus dengan pembicaraan raja. Karena Amnon tetap menolak untuk memiliki Tamar, maka hal ini berarti Amnon memang hanya menginginkan keperawanan Tamar, bukan status resmi. Oleh karena itu, dia pun harus siap dan rela menanggung kesalahannya terhadap bangsa Israel.
d. Menaruh abu di atas kepalanya… mengoyakkan baju kurung… (1:2, Est. 4:1)
Pada ayat 19, Tamar menaruh abu di atas kepalanya, mengoyakkan baju kurung yang maha indah yang dipakainya, meletakkan tangannya di atas kepalanya dan pergilah ia sambil meratap dengan nyaring. Sikap semacam ini merupakan tradisi dari bangsa Israel ketika mengalami kesedihan yang mendalam. Biasanya saat menerima kenyataan menyakitkan yang di luar keinginannya, seperti kematian mendadak seseorang yang dicintai (keluarga, kerabat dekat, saudara, dsb.). Bisa dilihat dari kisah-kisah sebelemnya
2 Sam. 1:2 maka datanglah pada hari ketiga seorang dari tentara, dari pihak Saul, dengan pakaian terkoyak-koyak dan tanah di atas kepala. Ketika ia sampai kepada Daud, sujudlah ia ke tanah dan menyembah.
Tradisi ini masih bertahan hingga nabi Ester:
Est. 4:1 Setelah Mordekhai mengetahui segala yang terjadi itu, ia mengoyakkan pakaiannya, lalu memakai kain kabung dan abu, kemudian keluar berjalan di tengah-tengah kota, sambil melolong-lolong dengan nyaring dan pedih.
Hal ini merupakan tanda perkabungan. Bagi istana, simbol-simbol semacam ini bisa menjadi suatu hal yang mencelakakan bila sampai masuk ke dalam kalangan istana. Hal ini berkaitan dengan peristiwa buruk yang akan dialami di Kerajaan. Dengan pemeritahuan Tamar kepada Absalom, atas dirinya yang diperkosa Amnon, maka tragedi dalam istana pun terjadi, dan peristiwa buruk kian menimpa kalangan istana.
e. Tidak berkata apa-apa
Pada ayat 22, Absalom tidak berkata-kata dengan Amnon, baik tentang yang jahat maupun tentang yang baik, tetapi Absalom membenci Amnon, sebab ia telah memperkosa Tamar, adiknya. Dengan tidak berkata-kata, berarti Absalom telah memutuskan hubungan dengan Amnon. Sekali lagi, kalimat ini merupakan gaya bahasa yang khas dalam kisah ini. Pada zaman tersebut, ungkapan diam dari seseorang dapat menggambarkan sikap antipati terhadap seseorang yang sedang dibenci atau menjadi musuhnya.
Menurut Ridout , perikop ini memiliki struktur yang kias, namun komposisi dari isi kisah ini dapat disusun dengan penuh keyakinan menjadi pola-pola yang sungguh rapi, tanpa harus bertindak sewenang-wenang. Ridout memiliki skema sebagai berikut:

A. Amnon cinta kepada Tamar (ay. 1–2)
B. Amnon dalam keadaan sulit dan Yonadab menasehati (ay. 3–7)
C. Tamar berada di dalam rumah Amnon (ay. 8–10)
D. Amnon mengajak Tamar dan Tamar membela diri (ay. 11–13)
E. Tamar merasa hina (ay. 14)
D´. Amnon menolak Tamar dan pembelaan dirinya (ay. 15–16)
C´. Tamar diusir dari rumah Amnon (ay. 17–18)
B´. Tamar dalam keadaan sulit dan Absalon menasehati (ay. 19–20)
A´. Absalom membenci Amnon (ay. 21–22).

Hal ini menjadi mungkin dimana ayat 1 dan 22 merupakan inklusi, dimana kedua ayat itu terdapat dua kata yang menyebutkan karakter dari tokoh-tokoh yang bersangkutan: Amnon, Absalom dan Tamar.
Perikop ini tersusun dengan alur yang rapi. Alur itu dimulai dengan komplikasi, kemudian ada perlambatan yang akhirnya mencapi puncak dan diakhiri dengan resolusi. Namun uniknya, ayat terakhir (22) justru menjadi pembuka untuk membentuk komplikasi baru yaitu Absalom yang membenci Amnon. Justru pada ayat ini menjadi persiapan untuk masuk ke dalam kisah selanjutnya yang mampu membuat pembaca menjadi berharap untuk membacanya terus.

DIMANA TUHAN?
Mengapa Tuhan terasa tidak tampak dalam perisiwa ini? apakah Tuhan yang sudah memberikan tulah kepada keluarga Daud di bab 12:11-13 hanya berhenti sampai disitu saja, dan selanjutnya hanya diam, menonton apa yang dinubuatkanNya? Tampaknya tidak! Justru Allah berkarya dibalik peristiwa itu. Memang tida eksplisit dikatakan, namun ketika dibaca secara keseluruhan, memang demikian yang dikehendaki Allah, pedang harus tetap ada di dalam keluarga Daud. Demikian pula tidka terlepas dari dosa Daud yang sungguh besar. Karena Daud menghancurkan kebahagiaan keluarga Uria, Allah pun menghancurkan kebahagiaan keluarga Daud. Banyak kali Allah mendatangkan penderitaan dan kesusahan besar atas orang berdosa agar baik dia maupun orang lain, bisa takut akan Allah dan berbalik dari dosa. Memang demikian gambaran Allah pada zaman Raja Daud, yang menghukum bila umatNya berbuat yang tidak berkenan bagi Allah.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, A. A.,
Word Biblical Commentary, Volume 11: 2 Samuel, (Dallas, Texas: Word Books, Publisher) 1998.

Kitab Suci Katolik

S W.S. Lasor
Pengantar Perjanjian Lama 1, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993, 356.amuel J. Schultz, Pengantar Perjanjian Lama, Gandum Mas, Malang, 1979.

The Rape of Tamar,” Rhetorical Criticism

Wim van Der Weiden
Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama, , Kanisius, Yogyakarta, 2000.

No comments: