Sunday, November 30, 2008

PERAN PETER THE VENERABLE DALAM HUBUNGAN KRISTEN – ISLAM ABAD XI - XII

A.Pengantar (Riwayat Peter the Venerable (1094-1156) dan Biara Cluny abad XI -XII)
(But I attack you not, as some of us [Christians] often do, by arms, but by words; not by force, but by reason; not in hatred, but in love…). –Peter the Venerable-

Peter the Venerable (untuk selanjutnya akan digunakan sebutan ‘Peter’) lahir pada tahun 1094 (beberapa ada yang menulis 1092). Pada usianya yang ke tujuh belas (1111), Peter menjalani pendidikannya dalam biara di Sauxillanges, Perancis. Tiga tahun kemudian, ia menjadi rahib di biara Vézelay. Kemudian dia berpindah ke biara Dominikan. Pada usianya yang ketiga puluh (1124), Peter diangkat sebagai Abbot di biara Cluny, Perancis. Biara Cluny adalah Gereja yang paling berpengaruh di Kristen Eropa pada zaman pertengahan di Barat saat itu. Disebabkan kualitas yang dimilikinya, Peter digelari dengan the Venerable (yang terhormat). Peter yang dikenal juga sebagai Pierre Maurice de Montboissier. Peter meninggal di Cluny (sekarang lokasinya di Mâcon, Perancis) pada tanggal 25 Desember 1156.
Antara tahun 1142 dan 1143 Masehi, Peter menghabiskan waktunya untuk mengadakan perjalanan ke Spanyol Utara. Hal ini ia lakukan untuk meningkatkan peluasan rencana-rencana yang telah ia gagas. Rencana pertama adalah untuk menyediakan informasi terpercaya tentang Islam bagi umat Kristen Eropa yang kurang mengetahui secara pasti tentang kebudayaan Islam. Rencana kedua yaitu untuk menepis anggapan apapun dari umat Kristen tentang Islam sebagai agama yang salah. Hasil dari rancangan ini adalah kumpulan-kumpulan tulisan Clunik dan terdiri dari karya-karya dosen Latin yang berbagai ragam dan dalam waktu yang lama. Hasil ini juga dikenal sebagai koleksi Toledo, karena dibuat di kota Toledo. Waktu itu Toledo menjadi sentra kegiatan bagi penerjemahan karya-karya Arab tentang ilmu pengetahuan dan filsafat yang dilaksanakan setelah pendudukan kembali di tahun 1085 M. Di situ ia menghimpun sejumlah cendekiawan untuk menerjemahkan karya-karya kaum Muslim ke dalam bahasa Latin. Terjemahan itu akan digunakan sebagai bahan untuk misionaris Kristen terhadap dunia Islam.1
Adapun latar belakangnya adalah karena munculnya perang Salib, yaitu perang yang terjadi antara tentara Islam dengan Kristen. Perang ini tercetus saat tentara Alp Arselan (tahun 464 H/1071 M) yang berkekuatan 15.000 prajurit, mampu mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang (Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis, dan Armenia). Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetuskan Perang Salib.
Sejak Perang Salib berlangsung, ada sebagian tokoh Kristen yang menilai Perang Salib merupakan cara yang tidak tepat untuk menaklukkan kaum Muslim, termasuk Peter. Sebagai tokoh misionaris Kristen pertama di dunia Islam, Peter merancang bagaimana menaklukkan umat Islam dengan pemikiran, bukan dengan senjata. Sebagai seorang Kepala Biara Cluny, ia memiliki peran yang besar, karena biara Cluny sangat berpengaruh dalam Perancis.
Biara Cluny adalah biara Benediktin yang didirikan oleh William Pious, Pangeran Aquitaine pada awal abad kesepuluh ketika Gereja pada zaman itu benar-benar sakit. Pergumulan politik saat itu telah mencabik-cabik Eropa. Para pemimpin Gereja mulai merampas tanah dan kekuasaan. Mereka mulai menggunakan kekerasan dan penipuan, serta bersikap amoral – sama seperti panglima-panglima perang orang kafir-. Karena keadaan itulah ia mendirikan sebuah biara di Cluny. Biara ini menjadi perkumpulan independen yang bebas dari perebutan kekuasaan kekaisaran dan langsung di bawah perlindungan Paus. Biara mengacu pada peraturan-peraturan yang digariskan oleh Benedictus dari Nursia pada tahun 500-an – kemiskinan, kesucian dan kesetiaan. Peraturan Benedictus ini disambut dengan baik. Orang termasyhur seperti Gregorius Agung dan Karel Agung telah menyebarkannya, dan dengan singkat diselenggarakan di seluruh kekaisaran pada abad kesembilan meskipun peraturan itu tidak pernah mengakar sampai sekarang di Cluny.2

B.Konteks Historis Hubungan Kristen-Islam abad XI-XII
Pada abad XI, hubungan Kristen Islam banyak didominasi oleh hubungan perang, karena pada semasa hidup Peter, Perang Salib sedang berlangsung, bahkan baru mulai (1095).
Perang Salib memiliki tujuan utama untuk membebaskan tempat-tempat suci Kristen di Palestina dari penguasaan dan pendudukan laskar Islam,untuk kemudian menetapkan dan mempertahankan ketentuan-ketentuan Kristen di tempat-tempat itu.3 Biara Cluny menjadi ikon kebangkitan religius yang mempengaruhi seluruh dunia kekristenan Latin, maka Peter kelak akan berperan penting dalam hubungan Kristen Islam ini, menyangkut tentang posisinya sebagai Kepala Biara.
Kebencian yang pernah muncul dari umat Kristen bertambah besar ketika dinasti Seljuk dapat merebut Bait al-Maqdis (Yerusalem) pada tahun 471 H dari kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Seljuk menetapkan beberapa aturan bagi umat Kristen yang hendak berziarah ke sana. Rupanya, peraturan itu dirasakan mempersulit mereka. Untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah ke Tanah Suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang suci. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib, yang terjadi dalam tiga periode, dan pada masa hidup Peter, banyak diwarnai periode pertama (1095-1151).
Perang pertama (1096-1099) merupakan keberhasilan besar bagi Kristen karena mampu menaklukkan Nicea tanggal 18 Juni 1097, menguasai Raha (Edessa) tahun 1098, dan merebut kembali Bai al-Maqdis di Yerusalem di 15 Juli 1099. Empat negara Perang Salib yang berdiri adalah: kerajaan Jerusalem, Antioch, Edessa dan Tripoli. Namun pada tahun 1144 M, Imaduddin Zanki, penguasa Moshul dan Irak dapat menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa. Karena wafat tahun 1146 M, tugasnya dilanjutkan putranya, Nuruddin Zanki, dan berhasil merebut Antiochea pada tahun 1149 M, dan tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali namun Jerusalem tetap bertahan hingga tahun 1187. Sama sekali ada penggabungan ke Perang Salib dan ekspedisi-ekspedisi yang lain pada suatu tipe Perang Salib, sebagian di Eropa menentang heretika (bidaah) Kristen. Namun hasil yang paling solid menentang umat Islam adalah perebutan Acre dan sebidang pesisir Palestina di tahun 1991 Masehi dan peninggalan mereka selama satu abad. Banyak korban dari kedua belah pihak karena pedang.
Paus dan semua yang mengorganisir angkatan bersenjata sedikit punya ide tentang kondisi yang akan mereka hadapi, meskipun telah mengadakan perjalanan ke Jerusalem. Mereka tidak punya sedikit pun ide tentang peluasan kekuasaan muslim. Berbagai kesuksesan yang mereka raih barangkali karena sekitar tahun 1100 Masehi umat Islam Palestina dan Syria biasanya berada di bawah kekuasaan khalifah di Baghdad, merupakan negeri-negeri kecil merdeka yang saling bersitegang satu dengan yang lain, namun kadangkala siap-sedia bekerjasama dengan raja-raja Kristen untuk menentang rival-rival negeri Islam.
Di tengah-tengah ketegangan antara Kristen dan Islam yang panas inilah Peter memiliki gagasan untuk mengalahkan Islam tapi tidak dengan cara perang, namun dengan pemikiran. Maka dia harus mencari informasi dan data-data penting tentang Islam guna menunjang rencana dan gagasannya untuk melawan Islam tanpa harus berperang.

C.Sumbangan Peter The Venerable dalam Hubungan Kristen-Islam
Gagasan awal yang muncul dari Peter adalah keprihatinannya karena melihat perang dan korban yang banyak bertumbangan. Maka dia membuat suatu pemikiran lain, yang sama sekali baru, dengan tidak melalui jalan pedang dan darah, yaitu mendekati Islam dengan menekankan perlunya studi yang serius karena dia beranggapan bahwa agama Islam harus dimengerti berdasarkan teks-teks agama mereka (al-Quran). Maka dari ide inilah pada tahun 1141-1142, Peter berkunjung ke Toledo, Spanyol.
Kedatangannya ke Toledo untuk mengkaji Islam lebih lanjut. Peter memulainya dengan membentuk, membiayai sekaligus menugaskan sebuah tim yang akan menerjemahkan karya berseri dan bisa dijadikan landasan bagi para misionaris Kristen ketika berinteraksi dengan kaum Muslimin. Pierre de Poitiers, sekretarisnya, adalah orang yang dipercayakan untuk hal ini. Pierre diminta menerjemahkan ke dalam bahasa Latin terjemahan al-Quran yang dibuat oleh Robert dari Ketenes, seorang archi-diakon dari Pamplona. Robert sendiri menyelesaikan terjemahan al-Quran kira-kira pertengahan bulan Juni ataupun Juli 1143 (538 H). Terjemahan Robert, Liber Legis Saracenorum quem Alcoran Vocant (Kitab Hukum Islam yang disebut Al-Qur’an) merupakan pemicu bagi munculnya studi Islam di Barat kelak. Meskipun beberapa pandangan ada yang menyatakan bahwa Robert mengandung berbagai kesalahan mendasar dalam menerjemahkan al-Qur’an, namun tetap saja karyanya dijadikan fondasi bagi kajian keislaman di ‘zaman pertengahan’ sekaligus fondasi bagi terjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa Italia, Jerman dan Belanda (sampai abad XV)4. Selain itu, Peter juga dibantu oleh orang muslim dengan nama samaran Muhammad yang berperan menerjemahkan dari bahasa Arab ke Spanyol, karena Peter sendiri tidak mengerti bahasa Arab. Dengan bantuan Pierre de Poiter, sekretarisnya, Peter berusaha untuk mencari pokok-pokok persoalan yang dapat dipakai untuk membuat hubungan dengan Islam.5
Peter mengungkapkan kata-katanya yang khas kepada orang Islam, “But I attack you not, as some of us [Christians] often do, by arms, but by words; not by force, but by reason; not in hatred, but in love…” (“… aku menyerangmu, bukan sebagaimana sebagian dari kami [orang-orang Kristen] sering melakukan, dengan senjata, tetapi dengan kata-kata, bukan dengan kekuatan, namun dengan pikiran; bukan dengan kebencian, namun dengan cinta…”). Dia menggunakan kata menyerang karena berlatar belakang Perang Salib.
Oleh sebagian orang, mereka menangkap bahwa ungkapan Peter dalam pengkajian Islam (Islamic Studies) ini perlu dilakukan oleh kaum Kristen, agar mereka dapat “membaptis pemikiran kaum Muslimin”. Jadi, kaum Muslim bukan saja perlu dikalahkan dengan ekspedisi militer, melainkan juga harus dikalahkan dalam pemikiran mereka. Peter Venerabilis dianggap mengajak orang Islam ke jalan keselamatan Kristen dengan cara mengalahkan pemikiran Islam. Ia berangkat dari kepercayaan Kristen bahwa di luar Gereja tidak ada keselamatan (extra ecclesiam nulla salus). Tentang Al-Qur'an sendiri Peter menyatakan, bahwa Al-Quran tidak terlepas dari para setan. Setan telah mempersiapkan Muhammad, orang yang paling nista, menjadi anti-Kristus. Setan telah mengirim informan kepada Muhammad, yang memiliki kitab setan (diabolical scripture).6

D.Dampak Gagasan Peter the Venerable pada Hubungan Kristen-Islam
Pada mulanya, sikap Gereja terhadap perang dipengaruhi oleh gerakan spiritual the peace of God. Pada hakikatnya, gerakan spiritual ini merupakan mekanisme pembelaan diri yang sebenarnya merupakan buah Reformasi dari Biara Cluny. Oleh para Reformator tarekat Cluny (Peter belum menjadi kepala biara Cluny), sebagai tanggapan dan keamanan para peziarah yang hendak ke Yerusalem (Tanah Suci), mereka dipersenjatai guna membela diri apabila ada serangan. Kemudian mereka melontarkan gagasan semacam jihad yakni perang yang diprakarsai oleh Gereja menentang orang-orang kufur dan para penghujat Allah.
Jasa biara Cluny bagi Gereja memang besar, sehingga ketika Peter harus menjabat sebagai Abbot yang kedelapan di biara Cluny pun seolah-olah memiliki tanggung jawab terhadap sejarah seperti yang telah dipaparkan di atas. Gagasan Peter untuk menyerang Islam dengan menggunakan pikiran dan bukan dengan kekerasan fisik pun menginspirasi tokoh pemikir Kristen yang lain guna menuangkan pemikiran-pemikirannya untuk ‘menyerang’ Islam, membuka hubungan di antara kedua belah pihak. Bahkan untuk mendapatkan sokongan atas usaha intelektualnya, Peter mengirim surat kepada Bernard dari Clairvaux (±1090-1153), seorang tokoh terkemuka Gereja Katolik di Perancis yang memainkan peran penting dalam Perang Salib. Dalam suratnya kepada Bernard dari Clairvaux (Epistola Petri Cluniacensis ad Bernardum Caraevallis), Peter menyatakan sekiranya apa yang dilakukannya dianggap tidak berguna, karena senjata untuk mengalahkan musuh (Islam) bukan dengan pemikiran, namun kerja-kerja ilmiah seperti itu tetap akan ada manfaatnya. Jika orang-orang Islam yang sesat tidak bisa diubah, maka sarjana Kristen akan bisa menasehati orang-orang Kristen yang lemah imannya.7
Pada tahun 1108, Pedro de Alfonso, seorang Spanyol yang semula beragama Yahudi lalu pindah ke agama Kristen, membuat tulisan dari lingkungan antar-kultural sampai ke gerakan awal ke arah ilmu pengetahuan Islam faktual yang lebih besar. Hal ini memuat juga dialog tentang Islam. Pengaruh utama pada petunjuk ini berasal dari Peter yang memperbaharui tradisi dari para pendahulu besar sebagai kepala-kepala biara Cluny dan memperhatikan secara mendalam akan kemurnian dan keaslian ketaatan Benedictine. Dengan pandangan demikian, maka tak mengherankan kalau seperti yang direfleksikan pada Perang Salib: "Tumbuh di dalam pikirannya suatu konfiksi kuat yang menyatakan maksud dan tujuan Perang Salib yang sama sekali telah diabaikan, padahal seharusnya menjadi perhatian Kristen yang paling sentral, yakni, agar umat Islam berubah agamanya menjadi pemeluk agama Kristen.".
Selain itu tokoh dominikan yang terkemuka, yaitu Ricoldo da Montecroce (1234-1322) juga melanjutkan studi tentang Islam yang merupakan perkembangan dari gagasan yang dirintis Peter Venerable. Ia bahkan membaktikan diri sepenuhnya untuk berkarya dalam misi di antara orang-orang Islam. Ia dapat bertukar pendapat dengan para ulama, bahkan sempat berkotbah di dalam masjid. Dia memberikan contoh dialog antar agama yang baik. Dia juga menekankan bahwa perlunya untuk mengenal Kitab Suci agama Islam dan Kristen.
Entah bagaimana terjadinya, peran Peter dalam mengungkapkan gagasan-gagasannya ini telah membuat babak baru dalam pembelajaran tentang Islam. Misalnya saja Liber Legis Saracenorum quem Alcoran Vocant (Kitab Hukum Islam yang disebut Al-Qur’an) yang berhasil menjadi pemicu bagi munculnya studi Islam di Barat pada zaman itu, sehingga banyak pemikir Kristen yang tertarik untuk mempelajari Islam lebih dalam lagi.

E.Penutup (Tindak Lanjut sepeninggal Peter the Venerable)
Penerjemahan al-Quran dari bahasa Arab ke bahasa Latin dilakukan karena bahasa Latin adalah induk bagi bahasa-bahasa di Eropa. hal yang termasuk karya terbesar dari biara Cluny ini telah dijadikan dasar bagi orang-orang Eropa zaman itu untuk mempelajari Islam secara lebih komprehensif. Maka tidak heran para pemikir Kristen Eropa zaman abad pertengahan dapat memahami isi al-Quran karena menggunakan terjemahan dari Ketton atas prakarsa Peter, bahkan masih dipakai sebagai referensi untuk memahami dunia Islam sampai diterjemahkan ke dalam bahasa Latin yang lebih baru oleh Marracci dan pendeta Inveknitus XI dengan menyertakan teks Arabnya juga. Mereka juga mengulas panjang sekaligus menulis ulasan penolakan terhadap Islam tahun 1691. Pada tahun 1697 dicetak di Eropa.
Jadi, selama kurang lebih 600 tahun para sarjana Kristen terkemuka menjadikan terjemahan Ketton sebagai sumber utama ketika merujuk kepada al-Qur’an. Mereka antara lain adalah Nicholas dari Cusa (1401-1464), Dionysius Carthusianus (1402/3-1471), Juan dari Torquemada (1388-1468), Juan Luis Vives (1492-1540), Martin Luther (1483-1546), Hugo Grotius (1583-1645) dan lain-lainnya. Mereka menggunakan terjemahan Robert ketika mengkaji Islam. Dengan terjemahan tersebut, Barat untuk pertama kalinya memiliki instrumen untuk mempelajari Islam secara serius (With this translation, the West had for the first time an instrument for the serious study of Islam).8
Waktu 600 tahun adalah waktu yang sangat lama dan sangat luar biasa bagi penggunaan referensi sebuah buku terjemahan. Para pemikir Kristen dapat berdiskusi dan berdialog panjang lebar dengan para pemikir Islam, yang kerap kali menuntut suatu kejelasan dari kedua belah pihak, meskipun tidak jarang menemui jalan buntu. Inilah sumbangan terbesar dari Peter. Meskipun dalam perkembangannya hubungan Kristen Islam tidak selalu harmonis, namun hasil dari penerjemahan ini telah membawa peluang Kristen dan Islam untuk saling bertemu dan bertatap muka.
Meskipun usaha Peter selama masih hidup tidak mendapat sambutan baik, namun kini, setelah kurang lebih 850 tahun kematiannya, para calon intelektual Muslim justru banyak yang belajar mengenai Islam (Islamic Studies) dari orang-orang Kristen. Peter dengan kerja-kerja ilmiah bukan saja telah memprakarsai ketertarikan sarjana Kristen kepada studi Islam, bahkan telah ‘menaklukkan pemikiran’ sebagian sarjana Muslim yang lemah iman dan kurang ilmu.

Daftar Pustaka:
Adnin Armas
2005.Metodologi Bibel dalam Studi Al-Qur'an, Jakarta: GIP

Eddy Kristiyanto, OFM
2002. Gagasan yang Menjadi Peristiwa, Jakarta: Kanisius.

Kritzeck, J
1964.. Peter the Venerable and Islam. Princeton N.J., P.U.P.

Maxime Rodinson
1974. “The Western Image and Western Studies of Islam,” dalam The Legacy of Islam, editor Joseph Schacht dengan C. E. Bosworth, Oxford: Oxford University Press, edisi kedua.

R. W. Southern
1962., Western Views of Islam in the Middle Ages, Cambridge: Harvard University Press.

http://media.isnet.org/antar/Watt/PersepsiKristenIslam.html.

http://telagahikmah.org

http://www.jurnalism.net

http://www.sarapanpagi.org/100-peristiwa-penting-dalam-sejarah-kristen

KONSEP GEMBALA DALAM INJIL YOHANES (Yoh. 10:1-21)



1.Mengapa harus ada teks ini dalam Yohanes?
Muncul sebuah pertanyaan, mengapa perikop ini ditempatkan pada susunan Injil Yohanes yang sekarang ini? Bila sekilas melihat, seolah-olah tidak ada kesinambungan antara perikop sebelumnya dengan perikop ini. Dari Yohanes bab 9:41 menuju ke 10:1 tidak ada yang menghubungkan sama sekali. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan kedua ayat itu sebagai berikut:
9:41 Jawab Yesus kepada mereka: "Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu."
10:1 "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;
Dari tema tentang Kebutaan (bab 9) menjadi Gembala (bab 10) menimbulkan pertanyaan, Apa yang hendak dikatakan oleh Yesus?. Hal ini lebih diperkuat, karena bila memlihat urutan kronologis Injil Yohanes bab 9 bab, para murid pun masih tidak mengerti akan perkataan Yesus tentang gembala ini (ayat 6). Bahkan beberapa ahli telah menganggap bahwa penempatan bab 10 ini merupakan suatu kesalahan, maka lebih baik letaknya dipindah saja. Persoalan kronologis semacam ini tidak jarang ditemui dalam Injil Yohanes. Ambillah contoh Yang menyangkut geografi dari bab 5 dan bab 6. Pada bab 5 dikisahkan Yesus berada di Yerusalem (ayat 1); tiba-tiba dalam ayat 6:1 ia kembali ke Galilea. Padahal antara Yerusalem ke Galilea jaraknya sangat jauh. Beberapa ahli berpendapat bahwa dalam Injil Yohanes telah mengalami pengaturan kembali secara paksa dari urutannya yang asli, atau bahkan Injil ini merupakan karya yang tidak selesai.
Namun bila dilihat kembali pada ayat 21, disana disinggung lagi tentang kebutaan. Di antara warga sekitar yang saling berdiskusi tentang Yesus, ada yang menyinggung tentang kesembuhan orang buta yang baru saja dilakukan Yesus. Rupanya orang di ayat 21 ini memperhatikan Yesus sejak penyembuhan orang yang buta sejak lahir ketika dalam perjalananNya.1
10:21 Yang lain berkata: “Itu bukan perkataan orang yang kerasukan setan; dapatkah setan memelekkan mata orang-orang buta?”
Berdasarkan hal ini barangkali domba dan gembala yang digunakan Yohanes dimaksudkan sebagai suatu pernyataan mengenai penggembalaan yang begitu payah, yang dilakukan oleh para penguasa, seperti tampak dalam kasus orang buta sejak lahir. Mereka tidak hanya gagal mengenla terang yang membimbing, yaitu Yesus, tetapi juga mengeluarkan dari sinagoga orang yang baru saja menerima terang.

2.Apa rujukan dari Perjanjian Lama tentang Gembala?
Yohanes menulis tentang Yesus sebagai gembala. Jenis sastra yang dipakai dalam Yohanes ini banyak menggunakan jenis sastra ‘alegori’, yaitu analogi (persamaan) yang membandingkan satu realitas dengan realitas lain dalam berbagai seginya. Bukan suatu perumpamaan, yang hanya lebih menjelaskan saja suatu realitas dengan realitas lain, tanpa masing-masing unsur diberi makna.
Penggunaan alegori-alegori ini juga kerap dipakai pada bahasa Perjanjian Lama, dan penggunaan alegori Gembala dan Domba cukup dikenal dalam Perjanjian Lama. Misalnya Daud (2Sam 7:8) dan Allah (Yer. 31:10) yang dikiaskan dengan gembala, sementara Israel adalah domba-dombanya. Dalam Yeh. 24 juga digambarkan dengan bagus tentang perbedaan antara pemimpin yang palsu dan gembala yang baik, yang adalah Daud (Yeh. 34:23) dan Allah dalam karya penebusan-Nya.2
Pada Yeh 34, konsep gembala mendapat pemahaman baru oleh redaktur Yohanes. Dalam bab 34 itu Yehezkiel menyampaikan sabda Tuhan yang memperingatkan para pembesar pada zamannya. Mereka diperingatkan karena mereka menjadi gembala yang tidak mempunyai tanggung jawab, mencuri, menggemukkan diri sendiri daripada rakyat. Dengan demikian Allah mengambil alih jabatan gembala mereka dan akan menjadikan diriNya sebagai gembala. Pada akhirnya Allah sendiri akan menunjuk seorang gembala lain yang sesuai dengan gambaran Daud. Yohanes melihat, bahwa semua itu ada dalam diri Yesus, Mesias, dan Anak Daud sendiri. Kesetiaan Yesus terhadap domba-dombaNya, pengurbananNya bagi mereka, berlawanan dengan kegagalan para pembesar yang buta, seperti dalam Yoh. 9. Maka dari itu, dunia Perjanjian Lama yang berasal dari lingkungan pengembara dan petani, kaya akan gambar tentang gembala dan domba, juga tentang hubungan keduanya yang penuh makna.
Rupanya, masih banyak tulisan Perjanjian Lama yang menggunakan alegori Tuhan sebagai Gembala dan umat sebagai kawanan dombanya, seperti Tuhan adalah gembalaku,takkan kekurangan aku” (Mzm 23:1), Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaanNya dan kawanan domba tuntunan tanganNya” (Mzm 95:7), “Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternakNya….” (Yes. 40:11). 3
Hal ini juga menunjukkan tentang tugas dari para pemimpin untuk memberi makanan kepada kawanan domba. Adalah tugas dari para pemimpin untuk memberi makanan kepada kawanan domba Tuhan.

3.Gagasan apa yang hendak disampaikan Yohanes?
Dalam Yoh. 10:1-18 termasuk dalam situasi yang lebih dekat dengan Yoh. 9, yaitu masih dalam pesta Pondok Daun. Pada bagian ini berisi suatu alegori dari kehidupan gembala yaitu pada ayat 1-5: Pencuri tidak lewat pintu kandang, sedang domba mengikuti gembala. Setelah ada catatan tentang kurang pemahaman orang Yahudi, Penginjil menerangkan alegori itu dalam tiga penerapan:
a.Yesus adalah pintu, dan orang yang tidak masuk melewati pintu Dia adalah pencuri (ay.7-8)
b.Yesus adalah pintu, dan orang yang melewati Dia sampai pada keselamatan Allah (ay.9)
c.Yesus adalah Gembala yang baik, yang mengenali domba-domba dan menjadi pemersatu mereka (ay.11-18)
Meskipun yang terakhir ini dirasa tidak pas untuk alegori, dan tidak lagi dilawankan dengan pencuri, namun dengan gembala sewaan, tetapi penginjil jelas mau menegaskan peranan Yesus sebagai gembala yang didambakan sejak lama, sebagai pemenuhan harapan itu. (Yeh. 34:11). Aspek Kristologis yang nyata terungkapkan dalam pernyataan bahwa Yesus menyerahkan hidup agar dapat membahagiakan sesama (ay. 17-18).4


DAFTAR PUSTAKA
A.S. Hadiwiyata.
2008. Tafsir Injil Yohanes. Yogyakarta:Kanisius.

William Barclay.
1991. Yohanes Ps. 8-21. Jakarta: BPK.

St. Darmawijaya, Pr.
1988. Pesan Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius.

2005. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru.Yogyakarta:Kanisius.


Lampiran
Yohanes 10:1-21
10:1 "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;
10:2 tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.
10:3 Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.
10:4 Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
10:5 Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal."
10:6 Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.
10:7 Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu.
10:8 Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.
10:9 Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.
10:10 Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.
10:11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;
10:12 sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.
10:13 Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.
10:14 Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku
10:15 sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.
10:16 Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.
10:17 Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.
10:18 Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."
10:19 Maka timbullah pula pertentangan di antara orang-orang Yahudi karena perkataan itu. Banyak di antara mereka berkata:
10:20 "Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu mendengarkan Dia?"
10:21 Yang lain berkata: "Itu bukan perkataan orang yang kerasukan setan; dapatkah setan memelekkan mata orang-orang buta?"

ALLAH MENGUTUK GEMBALA ISRAEL (Yeh. 34:1-16)

A.Sekilas tentang Yehezkiel
Latar belakang sejarah Kitab Yehezkiel ialah Babel pada tahun-tahun awal pembuangan 593-571 SM). Raja Nebukadnezar membawa tawanan orang Yahudi dari Yerusalem ke Babel dalam tiga tahap:
1.Tahun 605 SM, pemuda-pemuda Yahudi pilihan dibawa ke Babel, antara lain Daniel dan ketiga sahabatnya;
2.Tahun 597 SM, 10.000 tawanan dibawa ke Babel, termasuk Yehezkiel; dan
3.Tahun 586 SM, pasukan Nebukadnezar membinasakan kota dan Bait Sucinya, lalu membawa sebagian besar orang yang tidak terbunuh ke Babel.
Peran Yehezkiel sebagai nabi terjadi pada masa sejarah PL yang paling gelap: tujuh tahun sebelum kebinasaan itu pada tahun 586 SM (593-586 SM) dan 15 tahun setelah kebinasaan itu (586-571 SM). Diperkirakan kitab ini selesai sekitar tahun 570 SM.
Nama Yehezkiel berarti "Allah menguatkan", berasal dari keluarga imam (Yeh 1:3) dan tinggal di Yerusalem sepanjang 25 tahun pertama hidupnya. pada tahun 597 SM menjalani pendidikan menjadi imam di Bait Suci ketika dibawa ke Babel. Pada umur 30 tahun (Yeh 1:2-3), Yehezkiel menerima panggilan sebagai nabi dan penugasan ilahinya, setelah itu ia melayani dengan setia selama sekurang-kurangnya 22 tahun (Yeh 29:17);
Yehezkiel memiliki hubungan dengan Daniel. Yehezkiel merupakan rekan sezaman yang lebih muda daripada Yeremia dan sangat mungkin banyak dipengaruhi oleh nabi Yerusalem ini (bd.Dan 9:2). Berbeda dengan Daniel, Yehezkiel berkeluarga (Yeh 24:15-18) dan hidup sebagai warga biasa di antara para buangan Yahudi di tepi Sungai Kebar. (Yeh 1:1; Yeh 3:15,24;). Yehezkiel memulai karyanya pada tahun 593 SM dan berlangsung sampai sekurang-kurangnya nubuat terakhir yang dicatat pada bulan April, 571 SM.
Kitab Yehezkiel memiliki ciri-ciri antara lain:
a.Penuh dengan penglihatan misterius, perumpamaan yang berani dan perbuatan simbolik yang aneh sebagai sarana penyataan nubuat Allah.
b.Isinya diatur dan diberi tanggal dengan saksama; terdapat lebih banyak tanggal daripada kitab nubuat PL lainya.
c.Dua frase khusus muncul berkali-kali:
1. "Mereka akan tahu bahwa Aku ini Tuhan" (65 kali dengan aneka variasi) dan
2. "Kemuliaan Tuhan" (19 kali dengan aneka variasi).
d.Yehezkiel disapa oleh Allah dengan sebutan "anak manusia" dan "penjaga".
e.Yehezkiel disuruh oleh Allah untuk menyatukan dirinya secara pribadi dengan sabda kenabian dengan melakukannya selaku lambang nubuat.
f.Yehezkiel menekankan tanggung jawab pribadi kepada Allah.1



B.Gembala dalam Perjanjian Lama
a.Gambaran Gembala Harfiah
Dalam Hak. 20:16 “Dari segala laskar ini ada tujuh ratus orang pilihan yang kidal, dan setiap orang dari mereka dapat mengumban dengan tidak pernah meleset sampai sehelai rambut pun”. Mereka adalah golongan gembala-gembala di Palestina yang terampil menggunakan umban atau bandil. Di Palestina gembala juga tidak menggunakan anjing-anjing untuk membantu penjagaan dan pencarian domba yang hilang. Selain itu juga digunakan untuk memperingatkan domba yang melarikan diri dari kawanannya dengan melontarkan batu tepat di depan hidung.
Perlengkapan seorang gembala itu sangat sederhana: sebuah tas terbuat dari kulit binatang, untuk membawa roti, buah-buahan kering, jaitun, keju. Ia juga membawa tongkat pemukul/gada (Mzm. 23:4) yang digunakan untuk memperingatkan domba yang keluar dari kelompoknya. Selain itu juga dipakai untuk memisahkan domba yang berkelahi.
Seorang gembala berpakaian bulu domba dengan kain-kain pemanas di dalamnya. Mereka biasanya kurang dihargai oleh orang-orang baik, karena pekerjaan mereka yang kerapkali tidak mengindahkan sopan santun dan peraturan-peraturan masyarakat, seperti menepati jam doa, membasuh tangan sebelum santap, dsb.
Gembala hidup di alam terbuka yang bebas dan luas, berkolong langit berselimut kabut, hidup dalam perjuangan, sekaligus di tengah kekeringan padang rumput. Mereka orang-orang alam, dekat dengan Pencipta alam semesta.
Di Palestina, gembala-gembala memanggil dengan domba-domba dengan siulan tertentu, atau seruan khusus. Dengan sendirinya domba akan mengikuti suara dan gaya gembalanya. Pada malam hari domba-domba itu dikumpulkan dalam goa. Bila ada yang kurang memperhatikan, maka domba ini akan ditinggalkan kawanannya dan bingung, sehingga lemparan umban atau acungan ongkat akan menyadarkan domba itu untuk kembali pada kawanannya.
Ancaman yang datang dapat berupa anjing hutan (hyena) atau pencuri. Harimau dan singa juga ada. Dalam 1 Sam. 17:34, dikisahkan tentang Daud sebagai gembala yang tangguh menghadapi singa dan beruang. Untuk itulah gembala harus jaga terus-menerus selama 24 jam sehari, sehingga gembala memiliki kepentingan sungguh-sungguh terhadap kawanannya.2
Kerapkali pemilik kawanan domba meminta orang upahan untuk menggembalakan domba-dombanya, karena ada kepentingan tetrtentu. Gembala sewaan ini bukan pemilik domba-dombanya, jadi masuk akal bila tidak memiliki ikatan terhadap kawanannya. Mereka melakukan tugasnya sebagai pekerjaan, bukan sebagai bagian dari kawanan domba itu. Maka tugasnya pun bisa jadi tidak benar, semaunya sendiri, asalkan bisa menggembalakan, mencari rumput dan mengawasi, sudah. Gembala upahan ini juga bertanggungjawab memberikan ganti rugi bila ada domba yang hilang (Kej.31:39), kecuali jika ia berhasil mengajukan pembelaan yang membuktikan, bahwa suatu peristiwa benar-benar telah terjadi di luar pengetahuannya atau kemampuannya (Kel. 22:10-13).3

b.Gembala Baik ala Nubuat Yehezkiel
Dalam Yeh. 34:2 Yehezkiel, secara jelas dituliskan
34:2 "Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri!”
Hal ini bukan mau merujuk pada istilah gembala yang sebenarnya, tetapi mau menunjukkan bahwa para pemimpin atau pembesar bangsa Israel telah bertindak tidak selayaknya pembesar yang baik. Mereka adalah gembala-gembala yang fasik. Allah telah memberitahu akhir dari mereka. Gembala pada masa lalu telah gagal dalam memikul tanggung jawab atas domba-domba. Pada ayat 2-6 hal ini dituliskan panjang lebar, dimana para gembala yang hanya memikirkan diri sendiri, tidak mempunyai tanggung jawab, mencuri, menggemukkan diri sendiri daripada rakyat. Domba gembalannya dibunuh dan diserahkan demi keuntungan mereka sendiri. Mereka mengkhianati tugas mereka yang sesungguhnya. Dalam Yer 23:1-2 juga dituliskan bahwa Tuhan mengutuk gembala-gembala yang tidak becus dalam menjalankan tanggung jawabnya,
23:1 "Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!" -- demikianlah firman TUHAN.
23:2 Sebab itu beginilah firman TUHAN, Allah Israel, terhadap para gembala yang menggembalakan bangsaku: "Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman TUHAN.”
Mereka inilah yang juga disebut dengan gembala palsu, karena tidak mencerminkan kehidupan gembala yang seharusnya. Mereka tidak mempunyai komitmen atas domba-domba yang telah dipercayakan Allah kepadanya yaitu bangsa Israel. Maka Tuhan murka terhadap gembala-gembala paslu ini.
Pada ayat 11-16, Yehezkiel kembali mengatakan nubuat yang ia terima, bahwa karena ketidakbenaran para gembala fasik itu, Allah sendiri yang akan mengambil alih bangsa Israel untuk dipimpinNya. Allah akan datang melawan mereka untuk menghukum mereka dan menyelamatkan domba-dombaNya. Allah akan menjadi gembala yang baik (Kej. 48:1-5; Mzm. 23; Yer 31:10). Allah akan mengumpulkan kembali domba-domba itu dan menghakimi gembala-gembala itu.4 Kelak Ia akan menetapkan seorang gembala kepercayaanNya (Yeh. 34:23). Allah akan menggembalakan mereka secara benar dan setia, seperti juga yang tertuang dalam nubuat-nubuat lain: Mzm. 78:71, Yes. 44:28; 63:11; Yer 2:8; 10:21; Za 11:4-17. Ia memperhatikan domba-domba, mengumpulkan mereka yang tercerai berai, membimbing mereka ke padang rumput hijau di tanah air mereka, dimana yang hilang akan dicari dan yang tersesat akan digiring kembali; yang luka dibalut, yang sakit disembuhkan.
Dalam dunia Perjanjian Lama, rupa-rupanya Allah kerap digambarkan sebagai Gembala Israel (Kej. 49:24; Mzm 80:2), yang memilki sifat lemah lembut dalam pengasuhanNya (Yes 40:11). Kadang penggembalaan itu bersifat hukuman, apabila si gembala dan manusia gembalaannya sama-sama dikutuk dan dihukum (Yer 50:6; 51:23; Za 13:7).

C.Persoalan Yeh. 34:16: dilindungi atau dibinasakan ?
Pada Yeh. 34:16 terdapat satu hal menarik yang bisa diperhatikan. Ada dua penerjemahan yang tidak sama, tapi menimbulkan penafsiran yang sungguh berbeda. Hal itu bisa dilihat dari 2 versi bahasa Inggris:
34:16 “I will seek that which was lost: and that which was driven away, I will bring again: and I will bind up that which was broken, and I will strengthen that which was weak, and that which was fat and strong I will preserve: and I will feed them in judgment.”
Alkitab Douay Rheims (Inggris Katolik)

34:16 “I will seek that which was lost, and bring again that which was driven away, and will bind up that which was broken, and will strengthen that which was sick: but I will destroy the fat and the strong; I will feed them with judgment.”
Alkitab King James Version
34:16 Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya. (Alkitab Terjemahan Baru)
34:16 Yang hilang akan Kucari, yang sesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kuobati; tetapi yang gemuk dan kuat akan Kubinasakan, sebab Aku gembala yang melakukan apa yang baik. (Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari)
Untuk melihat hal ini, maka perlu dipahami dulu tentang bagaimana proses terjemahan dan penyalinan yang terjadi pada Alkitab Perjanjian Lama. Sebagian besar Alkitab Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani dan bahasa Aram pada beberapa pasal di kitab Daniel serta Ezra. Teks asli Alkitab (ortographa) itu sendiri sudah tidak ada, apa yang kita miliki sekarang berasal dari salinan-salinan yang ditulis dengan tangan. Proses penyalinan ini membutuhkan waktu yang lama dan terutama ketelitian yang amat cermat. Persoalan terjemahan dapat muncul bila dalam proses penyalinan terjadi perubahan kecil saja pada huruf-huruf Ibraninya. Karena, arti yang dihasilkan bisa berbeda sama sekali.
Dalam bahasa Ibrani, pembacaan juga seperti bahasa Arab, yaitu dari arah kanan ke kiri, dan kalau diperhatikan tiga huruf pertama kedua kata tersebut sama:
dymsa  'ASYMID, KUBINASAKAN.
rymsa  'ASYMIR, KULINDUNGI.
Perbedaan baru terlihat pada huruf terakhir keduanya, tetapi kalau dilihat sepintas lalu bentuknya tampak serupa, yakni
d (="DALET", ditransliterasikan dengan "D" ) dan
r (= "RESY", ditransliterasikan dengan "R").
Karena perbedaan huruf terakhir itulah, Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari menerjemahkannya sebagai "Ku binasakan", 'ASYMID. Sedangkan Alkitab Terjemahan Baru memilih 'ASYMIR, yang artinya "Ku lindungi".
Sudah dikatakan di atas bahwa bab ini dari ayat 1-8 banyak berbicara tentang kefasikan dan kesesatan gembala-gembala. Mereka tidak menuntun umatnya dengan baik. Gembala merupakan personifikasi para raja (pembesar) Israel. Mereka akan berhadapan dengan Tuhan yang mau meminta pertanggungjawaban atas domba-domba (yaitu orang Israel) yang diterlantarkan.
sedangkan ayat 11-16 berbicara tentang gembala yang baik, Allah sendiri, yang akan menuntun dan menjaga domba-dombaNya. Karena ayat 11-15 menjelaskan tentang gembala yang baik, terjemahan "Ku lindungi" mendapat tempat yang bagus, karena sifat melindungi sesuai dengan sifat gembala yang baik.
Ayat-ayat berikutnya (ayat 17-22) menggambarkan penghukuman terhadap domba-domba yang berbuat tidak adil terhadap sesamanya. Domba-domba yang jahat di sini merupakan simbol keluarga kerajaan dan pembesar lain yang semena-mena dalam kehidupan bermasyarakat.
Karena berkaitan dengan penghukuman ini, maka terjemahan "ku binasakan" juga mendapatkan tempat, terlebih ada domba yang gemuk (rakus, semaunya sendiri). Selain itu, kalimat terakhir ayat 16 arenh bmvpj - 'ER'ENAH VEMISYPAT dalam bahasa Inggris diterjemahkan I will feed in justice, menjadi penghubung ke ayat 17-22. Justice dalam Indonesia berarti keadilan, yang diterjemahkan dari kata mspj- MISYPAT. Kata ini sering diterjemahkan juga sebagai "penghukuman", tetapi dalam bahasa Ibrani kata MISYPAT berarti hukum Allah sekaligus keadilan Allah. Jadi, justru karena Allah itu adil maka Ia menghukum mereka yang bersalah. Dalam perkara ini, domba-domba yang gemuk, yakni keluarga kerajaan serta kaum berpunya (pembesar lain) itulah yang harus mengalami keadilan Allah (baca: dihukum).
Memang belum ada yang mau memutuskan, terjemahan mana yang hendak dijadikan pegangan, namun yang patut untuk dimengerti dan dimaklumi bahwa teks aslinya (ortograph) sudah sulit bahkan tidak mungkin untuk dikaji lebih lanjut, sehingga satu-satunya pegangan yang bisa dipakai adalah salinan dari teks tersebut. Karena berupa salinan, maka kesalahan penulisan sangat mungkin terjadi, terlebih untuk membedakan D ‘DALET’ (d) dan R ‘RESY’ (r) dalam bahasa Ibrani sangatlah sulit. Maka bisa dipakai, jika dalam memahami teks ini disesuaikan dengan konteksnya.5

D.Penutup, sebuah Maksud Nubuat Yehezkiel
Seperti para nabi yang lain, Yehezkiel bernubuat juga untuk tujuan tertentu. Adapun tujuan nubuat-nubuat Yehezkiel antara lain:
1. Menyampaikan berita Allah mengenai hukuman atas Yehuda dan Yerusalem yang sudah murtad (pasal 1-24; Yeh. 1:1--24:27) dan tujuh bangsa asing di sekitar mereka (pasal 25-32; Yeh 25:1--32:32) dan
2. Menopang iman sisa umat Allah dalam pembuangan mengenai pemulihan umat perjanjian-Nya dan kemuliaan akhir dari kerajaan-Nya (pasal 33-48; Yeh 33:1--48:35). Sang nabi juga menekankan tanggung jawab pribadi setiap orang di hadapan Allah dan bukan memikirkan hukuman pembuangan sebagai sekadar akibat dosa-dosa leluhur saja (Yeh 18:1-32; Yeh 33:10-20).6
Sesuai tema yang diangkat oleh Yehezkiel, yaitu tentang hukuman dan kemuliaaan Allah, maka Yeh.34:1-16 juga menunjukkan hal ini. Allah akan datang menyelamatkan domba-dombaNya. Hal ini juga terkait dengan situasi saat itu dimana Nabi Yehezkiel hidup dalam masa pembuangan. Kitab ini adalah Firman Allah kepada sisa-sisa bangsa dalam pembuangan yang sudah dihajar oleh Allah sendiri. Bila Yehezkiel memang menekankan transendensi Allah, hal itu berarti untuk menjelaskan bahwa kemahakuasaan Allah tidak bisa dibatasi oleh kegagalan numatNya. Maka janji Israel tidak lagi bergantung pada syarat bahwa mereka harus bertobat dulu, baru diselamatkan Allah, tetapi pemulihan itu merupakan tindakan kasih karunia Allah, yang membuahkan pertobatan (Yeh 36:16-32). Segalanya dari Allah.7

DAFTAR PUSTAKA


Hadiwiyata.
2002.Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius.

Yayasan Komunikasi Bina Kasih.OMF.
1992. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jilid 1. A-L. Jakarta.

St. Darmawijaya, pr.
1987. Gelar-gelar Yesus. Yogyakarta: Kanisius.

http://www.sarapanpagi.org, Terjemahan Beda Yehezkiel, 34:16. 21 Juni 2008
http://www.sarapanpagi.org, Kitab Yehezkiel. 30 September 2008
http://sabdaweb.sabda.org/biblical


















Lampiran
Yehezkiel 34:1-31
34:1 Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku:
34:2 "Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu?
34:3 Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan.
34:4 Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman.
34:5 Dengan demikian mereka berserak, oleh karena gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di hutan. Domba-domba-Ku berserak
34:6 dan tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah itu domba-domba-Ku berserak, tanpa seorang pun yang memperhatikan atau yang mencarinya.
34:7 Oleh sebab itu, hai gembala-gembala, dengarlah firman TUHAN:
34:8 Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, sesungguhnya oleh karena domba-domba-Ku menjadi mangsa dan menjadi makanan bagi segala binatang di hutan, lantaran yang menggembalakannya tidak ada, oleh sebab gembala-gembala-Ku tidak memperhatikan domba-domba-Ku, melainkan mereka itu menggembalakan dirinya sendiri, tetapi domba-domba-Ku tidak digembalakannya --
34:9 oleh karena itu, hai gembala-gembala, dengarlah firman TUHAN:
34:10 Beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku sendiri akan menjadi lawan gembala-gembala itu dan Aku akan menuntut kembali domba-domba-Ku dari mereka dan akan memberhentikan mereka menggembalakan domba-domba-Ku. Gembala-gembala itu tidak akan terus lagi menggembalakan dirinya sendiri; Aku akan melepaskan domba-domba-Ku dari mulut mereka, sehingga tidak terus lagi menjadi makanannya.
34:11 Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya.
34:12 Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan.
34:13 Aku akan membawa mereka keluar dari tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan mereka dari negeri-negeri dan membawa mereka ke tanahnya; Aku akan menggembalakan mereka di atas gunung-gunung Israel, di alur-alur sungainya dan di semua tempat kediaman orang di tanah itu.
34:14 Di padang rumput yang baik akan Kugembalakan mereka dan di atas gunung-gunung Israel yang tinggi di situlah tempat penggembalaannya; di sana di tempat penggembalaan yang baik mereka akan berbaring dan rumput yang subur menjadi makanannya di atas gunung-gunung Israel.
34:15 Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring, demikianlah firman Tuhan ALLAH.
34:16 Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya.
34:17 Dan hai kamu domba-domba-Ku, beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba, dan di antara domba jantan dan kambing jantan.
34:18 Apakah belum cukup bagimu bahwa kamu menghabiskan padang rumput yang terbaik? Mesti pulakah kamu injak-injak padang rumput yang lain-lain dengan kakimu? Belum cukup bahwa kamu minum air yang jernih? Mesti pulakah yang tinggal itu kamu keruhkan dengan kakimu?
34:19 Apakah domba-domba-Ku seharusnya memakan rumput yang sudah diinjak-injak kakimu dan meminum air yang sudah dikeruhkan kakimu?
34:20 Oleh sebab itu, beginilah firman Tuhan ALLAH terhadap mereka. Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan menjadi hakim di antara domba yang gemuk dengan domba yang kurus;
34:21 oleh karena semua yang lemah kamu desak dengan lambungmu dan bahumu serta kamu tanduk dengan tandukmu, sehingga kamu menghalau mereka ke luar kandang,
34:22 maka Aku akan menolong domba-domba-Ku, supaya mereka jangan lagi menjadi mangsa dan Aku akan menjadi hakim di antara domba dengan domba.
34:23 Aku akan mengangkat satu orang gembala atas mereka, yang akan menggembalakannya, yaitu Daud, hamba-Ku; dia akan menggembalakan mereka, dan menjadi gembalanya.
34:24 Dan Aku, TUHAN, akan menjadi Allah mereka serta hamba-Ku Daud menjadi raja di tengah-tengah mereka. Aku, TUHAN, yang mengatakannya.
34:25 Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka dan Aku akan meniadakan binatang buas dari tanah itu, sehingga mereka dapat diam di padang gurun dengan aman tenteram dan dapat tidur di hutan-hutan.
34:26 Aku akan menjadikan mereka dan semua yang di sekitar gunung-Ku menjadi berkat; Aku akan menurunkan hujan pada waktunya; itu adalah hujan yang membawa berkat.
34:27 Pohon-pohon di ladang akan memberi buahnya dan tanah itu akan memberi hasilnya. Mereka akan hidup aman tenteram di tanahnya. Mereka akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, pada saat Aku mematahkan kayu kuk mereka dan melepaskan mereka dari tangan orang yang memperbudak mereka.
34:28 Mereka tidak lagi menjadi jarahan bagi bangsa-bangsa dan binatang liar tidak akan menerkam mereka, sehingga mereka akan diam dengan aman tenteram dengan tidak dikejutkan oleh apa pun.
34:29 Aku akan mendirikan bagi mereka suatu taman kebahagiaan, sehingga di tanah itu tidak seorang pun akan mati kelaparan dan mereka tidak lagi menanggung noda yang ditimbulkan bangsa-bangsa.
34:30 Dan mereka akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, Allah mereka, menyertai mereka dan mereka, kaum Israel, adalah umat-Ku, demikianlah firman Tuhan ALLAH.
34:31 Kamu adalah domba-domba-Ku, domba gembalaan-Ku, dan Aku adalah Allahmu, demikianlah firman Tuhan ALLAH."

Sunday, November 2, 2008

Kotbah Pesta Pemberkatan Basilik Lateran

Minggu, 9 November 2008
PESTA PEMBERKATAN GEREJA BASILIK LATERAN
Bacaan I : Yeh. 47:1-2.8-9.12
Bacaan II : 1 Kor 3:9b-11.16-17
Injil : Yoh. 2:13-22

2:13 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem.
2:14 Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ.
2:15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.
2:16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
2:17 Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."
2:18 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?"
2:19 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."
2:20 Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?"
2:21 Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.
2:22 Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.




Bapak, Ibu, saudara-saudari, yang terkasih,
Seringkali kita membayangkan atau melihat bahwa sifat Tuhan adalah Tuhan yang baik hati, murah senyum, suka menolong, mengampuni, dsb. Dalam sosok Tuhan Yesus, kita bisa melihat semua sifat itu.
Tapi hari ini, dari Injil Yohanes, kita belajar sesuatu yang lain. Kita melihat sesuatu yang lain dari kisah pengalaman Tuhan Yesus, yaitu Tuhan Yesus marah, ‘ngamuk’, semua yang ada di sekitar Bait Allah dibantingNya, diobrak-abrik. Mengapa? Karena Bait Allah, yang notabene adalah tempat untuk berdoa, tempat dimana Allah hadir dan meraja, dipakai orang sekitar untuk berdagang. Berdagang memang boleh, tetapi dalam hal ini berdagang dinilai Tuhan sebagai suatu aktifitas yang tidak sesuai pada tempatnya. Orang kalau berdagang biasanya di mana? Ya, betul di pasar. Ada pasar Kolombo, pasar Klithikan, Pasar Ngasem, dsb.
Bisa anda bayangkan, Gereja ini dipakai untuk berdagang macam-macam. Yang sebelah kiri dipakai untuk berdagang dawet Ayu Banjarnegara, di sebelah sana untuk dagang burung, di sebelah sana toko tanaman hias, bahkan ada yang buka rental PS. Apakah anda bisa terima? Tidak kan?
Dari berita yang saya dengar, dan mungkin anda juga sudah mendengar, di negara-negara Eropa, boleh percaya boleh tidak, saat ini Gereja dalam kondisi yang memprihatinkan. Banyak gedung-gedung Gereja dipakai untuk museum, kafe, atau restoran. Mengapa? Karena sudah banyak Gereja yang tutup, sudah kehabisan umat. Umat tidak pernah lagi datang ke Gereja. Jumlahnya imamnya juga sedikit. Barangkali jumlah imamnya pun lebih banyak daripada jumlah umatnya. Yah, demikianlah situasi Gereja di Eropa, sudah ditinggalkan dan menjadi kosong. Apakah anda semua mau melihat Gereja kita seperti itu 10 tahun mendatang? Saya kira tidak.
Maka, untuk semakin menjaga kekokohan Gereja, agar tetap bertahan, kita perlu menjaga Bait Allah kita sendiri. Dimanakah Bait Allah kita itu? Bait Allah kita terletak di dalam hati kita masing-masing. Hati kita menjadi tempat Allah untuk hadir, Allah yang Kudus, yang menjiwai seluruh hidup kita.
Maka, supaya Allah tetap kerasan, tenang, nyaman dalam hati, kita perlu membersihkan dari aneka kotoran-kotoran hidup. Bagaimana caranya? Caranya yaitu membuang jauh-jauh segala yang membuat hati kita iri, dengki, dendam, dsb. Kalau sulit, ambillah cambuk, dan obrak-abriklah segala yang mengotori hati anda tersebut. Anda boleh marah. Usirlah, tinggalkan hal-hal yang mengotori itu. Dengan demikain, hati tetap bersih, tenang, dan Tuhan tinggal dengan nyaman dalm hati kita, sehingga seluruh tindakan dan perbuatan sehari-hari kita dijiwai oleh Allah sendiri. Allah yang menggerakkan.
Pada hari ini Gereja merayakan Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran. Gereja ini dipersembahkan secara khusus kepda Sang Penebus, Tuham kita Yesus Kristus. Namun sejak abad 12 dipersembahkan juga kepada St. Yohanes Pembaptis. Basilik Lateran ini merupakan gereja Sri Paus yang tertua. Di istana sampingnya, tinggal Sri Paus sejak abad 4 sampai abad 15. Gereja itu didirikan oleh Kaisar Konstantin dan diberkati oleh Paus Silvester I tahun 324. Setelah sepanjang sejarahnya mengalami pengrusakan dan pemugaran, pada tahun 1726 diberkati lagi oleh Paus Benediktus XIII dan selanjutnya dirayakan setiap tanggal 9 November, seperti hari ini. Saya ingin anda menghitung sejenak, bahwa Gereja Basilik Lateran ini sejak didirikannya pada abad 4 sampai sekarang, abad 21, kurang lebih 17 abad atau sekitar seribu tujuh ratus tahun, telah menjadi simbol bertahannya iman yang kuat dan kokoh. Bolehlah saya mengatakan selama kurang lebih seribu tujuh ratus tahun Gereja ini memberikan bukti bahwa iman Kristiani begitu kuatnya mengakar dalam umat beriman. Kita bisa belajar, bagaimana kokohnya ini adalah merupakan semangat bagi kita untuk terus mempertahankan dan mengembangkan iman yang benar. Dalam Kristus kita bisa kuat, sekuat berdirinya Gereja Basilik Lateran ini.
Kekokohan iman kita tidak semata-mata datang begitu saja, namun Tuhan sendirilah yang menggerakkan. Tuhan menjadi dasar dari semua itu. Ingat, dalam bacaan pertama, Tuhan Yesus telah menjadi dasar yang paling pertama diletakkan. Tuhan Yesus menjadi dasar terbentuknya Bait Allah dalam diri kita. Maka, hendaknya kita terus menjaga dan melestarikan agar tetap kokoh berdiri, tidak hanya untuk sepuluh tahun, seratus tahun atau seribu tujuh ratus tahun, tapi untuk selamanya. Biarkan Allah tinggal dalam Bait Allah diri kita selamanya. Karena Tuhan Yesus yang menjadi dasar, kita yang membangun dan melestarikan. Allah yang tinggal dalam diri kita adalah Allah yang kudus, maka sebenarnya diri kita adalah kudus. Tidak pantaslah kalau kita memperlakukan yang kudus ini dengan sesuatu yang jauh dari sifat kekudusan. Kita telah diciptakan menurut gambar Allah. Maka, jelek-jelek begini saya juga gambaran Allah sendiri. Maka jangan macam-macam dengan saya, dan jangan sampai kita pun memperlakukan yang lain dengan sesuka hati, tetapi tetap melihat bahwa kita adalah citra Allah, dan Allah yang kudus tinggal dalam diri kita.
Kita dapat memelihara kekudusan Allah dalam diri kita dengan melakukan perbuatan kasih bagi sesama. Contoh yang paling mudah adalah dengan membuat orang lain nyaman saat bertemu dengan kita, yaitu tersenyum atau menyapa dengan tulus hati. Lebih dari itu, anda bisa membuat tindakan kasih yang lain. Namun satu hal yang perlu diingat, bahwa untuk menjaga agar hati tetap kudus, menjadi tempat tinggal Allah yang nyaman, sekaligus membuat orang lain juga merasa nyaman, kita perlu mengorbankan sesuatu dari kita, bahkan yang paling berharga sekalipun, semata-mata agar Allah tetap tinggal dalam hati. Kita berani rela untuk berkorban dari apa yang kita miliki. Tuhan Yesus sendiri mengorbankan nyawa demu keselamatan manusia, yang notabene adalah tempat tinggal Allah sendiri, Bait Allah yang hidup.
Demikianlah, permenungan hari ini akan saya akhiri dengan sebuah cerita singkat.
Suatu ketika seorang pastor berkhotbah tentang rahmat keselamatan. Dengan berapi-api, dia menguraikan secara jelas tentang Keselamatan,
“Keselamatan adalah rahmat, gratia, gratis! Kita menerimanya secara cuma-cuma dari Allah. Seperti halnya kita minum air, tinggal minum saja…”
Umat mengangguk-aggukkan kepalanya, menyerujui dan mengatakan ‘Amin’ pada apa yang telah dikatakan pastor itu. Selesai khotbah, tibalah saat persembahan, dan beberapa petugas menyodorkan kotak kolekte kepada umat. Tiba-tiba berteriaklah seorang tua yang memecah keheningan Misa.
“Sebentar Pastor”, selanya,”Tadi anda mengatakan kalau rahmat itu gratis, cuma-cuma, tanpa beli, seperti minum air, tapi kok kami harus mengeluarkan uang?” protesnya.
Sang pastor diam sejenak, kemudian berkata, “Saudaraku yang dikasihi Tuhan, memang benar Keselamatan itu gratis, cuma-cuma, tapi untuk dapat minum bukankah anda harus mengeluarkan biaya pemasangan pipa? Belum lagi perawatannya yang butuh biaya juga…”

Fr. Yustinus Bambang Harjamto
Semin Ti Kentung

Dari Utusan Manusia Menjadi Utusan Tuhan …


Mohon maaf, jika tulisan ini agak sulit untuk dikategorikan. Saya pun bingung harus mengatakan tulisan ini sebagai tulisan macam apa, tapi saya lebih senang mengatakan tulisan ini adalah semacam tulisan yang sedang mencari makna atas kehidupan. Dan saya yakin, anda pun bisa membuat tulisan semacam ini.
Bolehlah kita mulai….

Utusan Manusia
Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem (Kis. 9:1-2)

Pertama-tama, saya ingin mengajak anda mengenal lebih dekat sosok Paulus. Barangkali anda lebih tahu siapa Paulus ini, dan memang seperti yang telah kita tahu, sebelum bertobat, Paulus (Saulus) adalah seorang Utusan Kekaisaran Romawi. Dengan penuh ambisi, ia mencari-cari orang yang mengikuti ajaran Tuhan Yesus untuk ditangkap dan dianiaya karena dianggap sebagai sekte yang meresahkan masyarakat kala itu dan bisa membahayakan pemerintahan Romawi. Bahkan ia pun menganggap penangkapan ini sebagai sesuatu yang legal, resmi dari pemerintahan Romawi dengan surat kuasa khusus. Sebagai seorang utusan, ia memiliki dedikasi dan pengabdian yang hebat. Hatinya yang berkobar-kobar menunjukkan semangat pengabdian akan tugas yang ia senangi. Barangkali dia sudah merasa nyaman dengan aneka tugas perutusan yang ia emban.
Tugas perutusan yang membutuhkan kesetiaan diri semacam ini kerap kali kita alami ketika kita mendapat jatah untuk terlibat aktif dalam organisasi, lembaga, kepanitiaan, dsb. Di Seminari Tinggi St. Paulus Yogyakarta kami dididik untuk menjalankan segala tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepada kami sebagai tugas perutusan untuk melayani umat secara total. Maka sudah dibiasakan untuk melakukan tugas harian di Seminari dengan sepenuh hati, seperti menyapu, mengepel unit, mencuci piring, dsb. Untuk tugas keluar pun juga demikian. Pernah suatu saat saya dan ketiga teman frater bertugas mengajar di SD Kanisius Babadan, sebuah SD yang terletak cukup jauh dari Seminari tempat kami tinggal. Kebetulan, saat itu tidak ada sepeda motor yang bisa dipakai. Dalam benakku sendiri terbayang bagaimana nasib siswa-siswa yang akan kami ajar bila kami tidak datang. Maka dengan ‘ambisi’ positif untuk dapat mengajar, kami memutuskan untuk bersepeda saja. Di tengah jalan hujan pun turun. Mengingat waktunya sangat mepet, kami tetap meneruskan laju sepeda kami. Dan seperti dalam dongeng anak-anak, kami berusaha menunjukkan perjuangan hebat kami untuk tetap mengajar, bahkan dalam situasi sulit sekalipun.
Hal semacam ini saya katakan sebagai semacam tugas atau lebih tepatnya utusan dari dan untuk manusia, yaitu melakukan tugas perutusan dengan penuh dedikasi untuk orang lain, dengan penuh kerelaan dan pengabdian diri yang besar. Saulus menjadi contoh yang baik dalam melaksanakan kesetiaan tugas manusia ini, hanya sikap dan tujuannya yang perlu mendapat perhatian lebih. Banyak hal yang bisa dilakukan manusia untuk mengutus sesamanya sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari hal ini akan tampak dalam perkara-perkara yang kompleks. Hanya saja kelemahannya, manusia masih bisa kompromi dalam menjalankan tugas ke-manusia-annya. Bila muncul perasaan malas, berbenturan dengan kepentingan lain, biasanya manusia akan lebih mudah untuk menghindar dari tugas perutusannya.
Bagaimana bila yang mengutus adalah Tuhan sendiri? Ada baiknya bila kita mengikuti alur dari kisah Paulus yang satu ini…

Mengalami Tuhan
Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat." (Kis. 9:4-6)

Satu hal yang (mungkin) bisa membuat seseorang berniat untuk mengubah sikap hidupnya 180 derajat adalah pengalamannya berjumpa dengan Tuhan. Bagaimana perjumpaan itu dialami, itu adalah urusan orang itu sendiri dengan Tuhan. Apakah orang lain dituntut untuk percaya atau tidak, itu bukan menjadi masalah yang mendasar. Yang penting ada ‘sesuatu’ yang dialami seseorang akan pengalamannya berjumpa dengan Tuhan. Tidak ada rumusan yang pasti perihal ciri-ciri pengalaman berjumpa dengan Tuhan. Saya yakin setiap orang punya cara sendiri-sendiri. Barangkali ada yang merasakan Tuhan menyentuh orang itu dengan lembut, semisal saat sedang berdoa dalam keheningan, Tuhan terasa hadir menemani, membuat teguh perasaan yang tenang dan damai. Ada nikmat ketenteraman yang dirasakan. Namun ada juga yang mengalami perjumpaan Tuhan melalui cara-cara yang keras. Orang merasa dipukul atau diberi cobaan berat dari Tuhan, seolah-olah segala pikiran dan perasaan tak kuasa menahan beratnya beban yang dirasakan. Orang cenderung bertanya-tanya “Tuhan, apa yang Kau mau atas hidupku? Mengapa aku mendapat beban yang sedemikian berat? …”, dsb. Dan tentu anda masih punya banyak jenis pengalaman lain berjumpa dengan Tuhan sesuai penghayatan dan pengalaman anda.
Paulus, seperti yang telah dikisahkan, berjumpa dengan Tuhan sewaktu menjalankan tugasnya sebagai utusan manusia untuk mengejar dan menganiaya pengikut Kristen awal. Perjumpaannya dengan Tuhan tidak mulus-mulus amat. Bukan perjumpaan yang menenteramkan, tapi suatu perjumpaan luar biasa yang mengesankan. Dia jatuh dari kuda, mendengar seruan Tuhan, lalu matanya buta. Inilah titik penting dia memulai tugas perutusan dari Tuhan. Segera setelah mendapat penampakan, Paulus mendapatkan pula tugas perutusan Tuhan yang pertama, yaitu pergi ke dalam kota. Proses berjumpa dengan Tuhan, seperti yang dialami Paulus ini, boleh jadi ditempatkan sebagai proses untuk memulai perutusan Tuhan. Bagaimanapun juga bila kita menyadari Tuhan telah mengutus kita, maka hal ini pun mengandaikan kita mengalami juga perjumpaan dengan Tuhan sebelumnya.
Pernah suatu saat saya pulang dari latihan koor bersama teman-teman alumni SMA. Ketika saya hendak pulang ke Seminari, saya diberi dus yang berisi makanan, pesannya untuk teman-teman di asrama. Ya saya terima saja. Ketika naik motor, di perhentian lampu merah, ada sekelompok pengamen dan pengelap kendaraan yang berpakaian lusuh sedang berdendang dan mengelap motor dan mobil yang sedang berhenti. Berulangkali mereka mengulurkan tangan ke para pengendara, berharap mendapatkan sekeping uang untuk meyambung hidup. Ketika mata salah seorang pengamen menuju ke arahku, tiba-tiba saja muncul perasaan seperti riak-riak getaran hati yang menderu. Entah mengapa aku merasa ada dorongan kuat untuk memberikan bungkusan dus makanan tadi kepada mereka. Maka tanpa basa-basi, aku langsung menawari mereka, dan mereka mau. Sekantong plastik berisi dus makanan tadi kuberikan semua kepada mereka, sambil berkata dalam hati “Ah, teman-temanku di asrama sangat mudah mendapatkan makan, tidak seperti teman-temanku yang di sini sekarang, apa salahnya aku berikan semua untuk mereka?”. Mereka pun merasa gembira dan berulangkali mengucapkan kata matur nuwun, mas… (terima kasih mas…).
Memang aku tidak mendengar langsung Tuhan yang menyuruhku untuk memberikan dus tadi, tapi bagiku ketika ada dorongan kuat dan hatiku bergetar hebat untuk memberikan dus itu, aku pun meyakini bahwa Tuhan sendiri yang mengutusku untuk memberikan dus itu. Hal ini terjadi saat aku melihat keadaan mereka. Ya, hanya melalui melihat saja, aku sudah merasa mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Di dalam diri mereka lah ada Tuhan yang hidup.

Utusan Tuhan
Tetapi firman Tuhan kepadanya (Ananias): "Pergilah, sebab orang ini (Saulus) adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."
(Kis. 9:15-16)
Ananias, seorang Kristen awal yang sudah tinggal di Damsyik mendapat penampakan Tuhan. Dalam penampakaannya, ia diminta Tuhan untuk menemui Saulus yang masih buta. Ananias diutus Tuhan untuk menyembuhkan kebutaan Saulus. Pertama dia ragu dan takut sekali karena Saulus sangat terkenal kejam menganiaya orang Kristen, namun karena Tuhan sendiri yang mengutus, dia pun rela berangkat untuk menyembuhkan Saulus. Tuhan pun memiliki maksud untuk mengangkat Saulus menjadi utusanNya sendiri dalam mewartakan Kabar Sukacita ke berbagai segala bangsa. Tampak dalam kutipan Kisah Para Rasul di atas, Tuhan akan menjadikan Saulus sebagai UtusanNya yang harus banyak mengalami penderitaan. Semenjak ia menjadi pewarta Kabar Sukacita, namanya pun kerap disebut sebagai Paulus, bukan Saulus lagi.
Anda tahu apa yang terjadi kemudian? Bukalah Kitab Suci anda dan bacalah Kisah Para Rasul bab 9 Sampai bab 28, anda akan melihat betapa menjalankan tugas perutusan ala Paulus tidak mudah, banyak kesulitan yang didapat, dan sedikit penghiburan yang tidak sebanding dengan kesulitan yang harus dialami.
Ikut Yesus, barangkali tidak seperti yang anda bayangkan, bahkan jauh dari yang anda inginkan. Mendapat tugas perutusan dari Tuhan bukanlah hal yang mudah. Bisa jadi dalam menjalankan tugas perutusan di dunia ini anda akan merasa amat berat dan lelah, bahkan lebih ekstrimnya anda merasa ditinggalkan Tuhan. Namun, justru di sinilah kita bisa melihat kekuatan kita sebenarnya, sembari menilik kembali keyakinan bahwa Tuhan tidak akan memberikan tugas perutusan yang berat melebihi kemampuan kita.
Harapannya, anda semakin dapat mengenali saat-saat pengalaman berjumpa dengan Tuhan dan menyadari akan utusan khusus apa yang Tuhan bisikkan kepada anda.
Demikianlah saya hanya menyumbangkan sedikit gagasan tentang perubahan diri Saulus menjadi Paulus, dari Utusan Manusia menjadi Utusan Tuhan, dari yang banyak mendapat keuntungan menjadi banyak mengalami kerugian. Maka anda bisa cukup berhati-hati, jika suatu saat anda menerima semacam tugas perutusan dengan hati yang berkobar-kabar, siapa tahu Tuhan akan memberikan sebaliknya, yang membuat anda akan memikirkan bahkan meragukan tentang tugas perutusan yang Ia rencanakan untuk anda. Dan anda tidak bisa berbuat apa-apa selain menunduk, berserah, dan berucap “Tuhan, terjadilah padaku seturut kehendakMu…” (bdk. Luk. 1:38).

Semacam Ayat Penutup
Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus." Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis.
(Kis. 9:17-18)

Fr. Yustinus Bambang Harjamto
Seminari Tinggi St. Paulus Yogyakarta
Jl. Kaliurang Km. 7, Kotak Pos 1194, Kentungan, Sleman,Yogyakarta 55011

(Tulisan ini pernah dikirmkan ke suatu majalah di Paroki Bali, PAroki sahabat saya Sheva...)